CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 01 Juni 2009

HIDUP

Terpikir satu ide yang mungkin sebenarnya sudah terpampang jelas dipelupuk mata, tapi terlalu sulit untuk dipahami. Tadi siang aku sempat melihat sekilas di televisi dalam salah satu reality show “jean pantau”. Dalam episode kali ini, jean memantau penduduk korban gusur pinggiran kali ciliwung, intinya ada sedikit kekecewaan yang nyata disini, tak tau juga salah siapa, tapi yang jelas “pihak berwenang satu” yakni pak wali kota yang seharusnya lebih mengawasi laporan keadaan masyarakatnya dari perwakilan rt ataupun rw atau mungkin juga lurah yang ada didaerah terdekat,malah dengan entengnya memberi tanggapan berupa : “ waduh saya taunya ya cuma dari perwakilan pengurus daerah sini “. Apa ini yang disebut khalifah yang bijak?

Jean mencoba melihat dari sudut pandang orang-orang yang kena gusur, dan sebagian masyarakat yang tak pernah telat membayar pajak dan mempunyai surat kuasa yang jelas, merasa tak semestinya digusur.salah satu warga memberi tanggapan, “ saya sudah sejak tahun 1964 disini mbak, kami bukan diberi surat peringatan tapi diberi surat kesediaan membongkar dari kecamatan” .

Sedangkan dari sudut pandang “ pihak berwenang kedua” yakni satpol pp, demi menjalankan tugas, mereka sudah berkali-kali mengingatkan bahwa sebaiknya para warga pindah ketempat yang lebih aman dengan kata lain tidak rawan banjir seperti dibantaran kali ciliwung. Tapi seperti yang kita ketahui, bahwa dunia penuh sesak dengan orang baik dan orang kurang baik, maka pasti aksi mereka mendapat tanggapan bermacam-macam.

Kesimpulannya, pihak-pihak yang terlibat dalam skenario ini memang sama-sama mempunyai kepentingan masing-masing, dan alangkah indahnya bila tak ada yang kalah dalam hal ini.

Tetap dihari yang sama,

Setelah jean pantau aku meneruskan pusat perhatianku pada reportase investigasi yang bertema prostitusi dan bajing loncat. Pada investigasi prostitusi blue chiken atau pecun dibawah umur alias anak-anak smp ini ditemukan motif pencarian korban oleh germo yang mengaku membutuhkan pembantu rumah tangga yang akhirnya berakhir dengan praktek prostitusi. Seperti pada umumnya mereka mencantumkan panti pijat plus-plus pada koran berskala nasional tak tanggung-tanggung.

Tapi lebih menarik dan extreme lagi investigasi bajing loncat yang dilakukan anak-anak jalanan dikawasan jalan macet, motifnya anak-anak ini berpura-pura menumpang pada truk pengangkut material besi, dan tak lama mereka menjarah sedikit besi yang dilakukan secara sitematis oleh kawanan penjarah dan penerima jarahan. Aksi ini sangat berbahaya karena tak jarang ada yang terluka ketika beraksi, entah itu kurang seimbang ketika meloncat dari truk yang sedang melaju, atau bahkan ada yang meregang nyawa karena terpelindas truk.

Dari kedua totonan itu, bila dipandang secara AUDIO VISUAL maka saya mendapat pelajaran yaitu:

  1. bagaimana seharusnya menciptakan suasana yang menegangkan dengan fakta yang ada dan direkam dengan kamera tersembunyi yang diharapkan tak ada kekeliruan sedikitpun hingga kegiatan akan berjalan lancar.

2. bagaimana etika jurnalistik dalam melindungi informan dengan cara menyamarkan suara dan memburamkan wajahnya sehingga informan lebih merasa aman, dengan begitu mereka bersedia dengan senang hati memberikan keterangan atau data-data yang diperlukan para jurnalis, dan dengan otomatis disiarkan oleh media dan sampai pada masyarakat.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus...

terusin.
analisa cukupctajam..
tapi...

belum setajam

SILET..